
Potensi Minyak Jelantah untuk Biofuel: Peluang Energi Terbarukan yang Menjanjikan
Minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) yang selama ini dianggap limbah ternyata memiliki potensi besar sebagai bahan baku biofuel. Meningkatnya permintaan energi ramah lingkungan menjadi pemicu untuk mencari sumber energi alternatif dan minyak jelantah sebagai solusi untuk permintaan tersebut tanpa merusak alam. Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku biofuel semakin mendapat perhatian global, terutama di Eropa dan Amerika.
Mengapa Minyak Jelantah Berpotensi untuk Biofuel?
1. Bahan baku berlimpah
Konsumsi minyak goreng yang tinggi menghasilkan jutaan kiloliter minyak jelantah setiap tahunnya.
2. Energi ramah lingkungan
Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, biofuel dari minyak jelantah memiliki emisi karbon yang lebih rendah.
3. Mengurangi polusi
Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel mencegah pencemaran lingkungan akibat pembuangan sembarangan.
Statistik Permintaan dan Penggunaan Minyak Jelantah Dunia
Menurut Traction Energy Asia, produksi minyak jelantah dari konsumsi minyak goreng global diperkirakan mencapai 6,8 juta kiloliter per tahun. Sayangnya, sebagian besar minyak ini masih dibuang ke saluran pembuangan atau disalahgunakan untuk dikonsumsi kembali, yang berbahaya bagi kesehatan.15
Di Indonesia, sektor Hotel, Restoran, dan Cafe (HoReCa) serta industri pengolahan makanan menyumbang sekitar 933,2 ribu kiloliter minyak jelantah per tahun, dengan industri makanan sebagai penyumbang terbesar (714 ribu kiloliter per tahun).14
Sementara itu, permintaan minyak jelantah untuk biofuel di Eropa dan Amerika terus meningkat karena kebijakan transisi energi yang ketat. Minyak jelantah kini digunakan sebagai bahan baku biodiesel, marine fuel oil, dan bioavtur, menjadikannya komoditas bernilai tinggi.15
Potensi Minyak Jelantah di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Permendag 26 Tahun 2024, yang mengatur ekspor produk turunan minyak sawit, termasuk minyak jelantah. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas ketersediaan bahan baku biofuel dan pertumbuhan ekonomi nasional.14
Di sisi lain, Menteri ESDM mengungkapkan bahwa Indonesia tengah mengembangkan Biodiesel 100 (B100) untuk mencapai swasembada energi. Minyak jelantah berpotensi menjadi bagian dari strategi ini.14
Tantangan dalam Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Biofuel
1. Ketersediaan dan pengumpulan
Masih banyak minyak jelantah yang dibuang sembarangan atau digunakan kembali secara ilegal.
2. Standarisasi kualitas
Minyak jelantah dari berbagai sumber memiliki kualitas berbeda sehingga membutuhkan proses penyaringan sebelum digunakan sebagai biofuel.
3. Harga
Harga minyak jelantah di Indonesia sangat bervariasi dan persaingan harga yang cukup tinggi bisa menjadi tantangan tiap organisasi atau komunitas pengelolaan minyak jelantah.
Minyak jelantah memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Melalui regulasi yang tepat dan sistem pengumpulan yang efisien, minyak jelantah dapat menjadi komoditas strategis untuk mendukung transisi energi di Indonesia dan dunia.
Referensi:
- Traction Energy Asia: tractionenergy.asia【15】
- Ekuatorial: www.ekuatorial.com【14】
Artikel Terkait

Potensi Minyak Jelantah untuk Biofuel: Peluang Energi Terbarukan yang Menjanjikan
Minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) yang selama ini dianggap limbah ternyata memiliki potensi besar sebagai bahan baku biofuel.

Carbon Footprint: Pengertian, Dampak, dan Cara Menguranginya untuk Masa Depan Berkelanjutan
Carbon footprint atau jejak karbon adalah jumlah total emisi gas rumah kaca (terutama karbon dioksida/CO₂) yang dihasilkan dari aktivitas individu, organisasi, atau produk dalam suatu periode tertentu.

Pemanfaatan Minyak Jelantah Jadi BioFuel untuk Mengurangi Polusi
Biofuel dari minyak jelantah diproduksi melalui proses transesterifikasi, yaitu reaksi kimia yang melibatkan minyak nabati dengan alkohol (metanol atau etanol) menggunakan katalis.
