
Pemanfaatan Minyak Jelantah Jadi BioFuel untuk Mengurangi Polusi
Minyak jelantah bukan sekadar limbah. Minyak goreng bekas ini dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai keperluan, seperti sabun cuci, pembersih lantai, lilin aromaterapi, hingga yang paling besar manfaatnya adalah sebagai energi bahan bakar kendaraan ramah lingkungan atau biofuel.
Pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar kendaraan ramah lingkungan (biofuel) menjadi solusi dalam menekan angka polusi yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar fosil. Biofuel dari minyak jelantah menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dan dapat membantu mengurangi jejak karbon.
Melansir dari dw.com, ilmuwan dari Global Project Inggris melaporkan bahwa pada tahun 2024, emisi karbon global dari bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi sebesar 37,4 miliar ton, naik 0,8% dari tahun 2023. Selain itu, deforestasi atau alih fungsi lahan juga meningkat, sehingga menghasilkan 4,2 miliar ton emisi, menjadikan total emisi CO2 mencapai 41,6 miliar ton.
Meningkatnya emisi karbon tersebut memicu naiknya suhu panas bumi hingga 1,5℃ selama berbulan-bulan, melampaui suhu panas di tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2024 diprediksi menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah.
Proses Konversi Minyak Jelantah Menjadi Biofuel
Biofuel dari minyak jelantah diproduksi melalui proses transesterifikasi, yaitu reaksi kimia yang melibatkan minyak nabati dengan alkohol (metanol atau etanol) menggunakan katalis. Proses ini menghasilkan biodiesel yang dapat digunakan langsung atau dicampur dengan solar konvensional untuk mengurangi emisi karbon.
Beberapa tantangan dalam pengolahan minyak jelantah menjadi biofuel meliputi ketersediaan bahan baku yang konsisten, biaya produksi, serta efisiensi konversi minyak menjadi biodiesel. Namun, dengan pengelolaan yang baik dan dukungan teknologi, minyak jelantah bisa menjadi sumber energi yang andal dan ekonomis.
Dampak Positif Biofuel dari Minyak Jelantah
Biofuel dari minyak jelantah memiliki berbagai manfaat, di antaranya:
- Mengurangi emisi karbon. Biodiesel menghasilkan lebih sedikit polutan dibandingkan bahan bakar fosil.
- Mengurangi pencemaran air dan tanah. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan.
- Memperpanjang usia mesin kendaraan. Biodiesel memiliki sifat pelumasan yang baik.
- Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sehingga mendukung transisi energi hijau.
Bagaimana Masyarakat Bisa Berkontribusi?
Kita semua bisa berperan dalam pengurangan emisi karbon dengan cara:
- Mengumpulkan minyak jelantah bekas untuk didaur ulang.
- Menggunakan biofuel sebagai alternatif bahan bakar kendaraan.
- Mendukung kebijakan energi terbarukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat biofuel.
Melalui dukungan teknologi, regulasi yang tepat, serta partisipasi aktif masyarakat, minyak jelantah dapat menjadi salah satu solusi energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Melalui hal tersebut, kita dapat berkontribusi dalam mengurangi polusi dan menjaga keseimbangan ekosistem bumi.
Artikel Terkait

Carbon Credit Sebagai Solusi Inovatif untuk Mengurangi Emisi Karbon
Apa Itu Carbon Credit?

Pemanfaatan Minyak Jelantah Jadi BioFuel untuk Mengurangi Polusi
Biofuel dari minyak jelantah diproduksi melalui proses transesterifikasi, yaitu reaksi kimia yang melibatkan minyak nabati dengan alkohol (metanol atau etanol) menggunakan katalis.

Bekas Tapi Berkelas! Cara Tepat Mengelola Minyak Jelantah
Minyak jelantah sering kali dianggap sebagai limbah yang tidak berguna.
